Selasa, 31 Maret 2020

MITOS DAN FAKTA SEPUTAR VIRUS CORONA, KALIAN WAJIB TAHU!

Mengungkap Mitos Virus Corona Lewat Fakta Sebenarnya

04 Mar 2020 | Annisa Amalia Ikhsania
Ditinjau oleh dr. Anandika Pawitri

  • Agar terhindar dari hoaks, ketahui mitos dan fakta mengenai virus corona
    Agar terhindar dari hoaks, ketahui mitos dan fakta mengenai virus corona
Presiden Joko Widodo mengumumkan adanya dua orang warga Indonesia yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona di halaman istana, Medan Merdeka, Jakarta Pusat, Senin 3 Maret 2020.
Dua orang yang terinfeksi COVID-19 tersebut adalah seorang perempuan berusia 64 tahun dan putrinya yang berusia 31 tahun. Keduanya terkena paparan virus corona setelah berinteraksi dengan seorang warga Jepang yang berkunjung.

Mitos dan fakta mengenai virus corona yang wajib diketahui

Lantaran virus corona masih baru dan dalam penyelidikan, banyak rumor yang berkembang mulai dari penyebab, pencegahan, hingga pengobatannya. Bahkan, tak sedikit informasi hoaks yang tersebar sejak kemunculannya, baik melalui media sosial atau grup pesan berantai.
Agar terhindar dari hoaks, ketahui mitos dan fakta mengenai virus corona berikut ini.

1. Mitos: Virus corona sengaja dibuat oleh sekelompok orang untuk tujuan tertentu

Fakta: Virus sejatinya dapat berubah karakter seiring waktu. Terkadang, beberapa wabah penyakit banyak terjadi ketika virus yang berasal dari hewan, seperti burung, kelelawar, babi, ular, pindah ke manusia. Hal ini yang mungkin terjadi pula pada penyebaran virus corona.

2. Mitos: Hewan peliharaan dapat menularkan virus corona

Fakta: Hingga saat ini, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa hewan peliharaan, seperti anjing atau kucing, dapat terinfeksi COVID-19. Kendati demikian, Anda dianjurkan untuk selalu mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun baik sebelum dan setelah melakukan kontak dengan hewan peliharaan.
Dengan ini, Anda dapat terhindar dari berbagai jenis bakteri umum, termasuk E.coli dan Salmonella yang mungkin berpindah dari hewan peliharaan ke manusia.

3. Mitos: Virus corona hanya menyerang lansia, bukan anak-anak muda

Fakta: Semua orang dari berbagai rentang usia sebenarnya dapat berisiko terinfeksi COVID-19. Akan tetapi, orang lanjut usia yang pertahanan tubuhnya sudah menurun dan orang-orang yang sebelumnya pernah mengalami kondisi medis, seperti asma, diabetes, penyakit jantung, tampaknya lebih rentan untuk menjadi sakit parah akibat virus.
World Health Organization menyarankan orang-orang dari segala usia untuk mengambil langkah-langkah guna melindungi diri dari virus, misalnya dengan meningkatkan pola hidup sehat.

4. Mitos: Menerima paket barang atau surat dari Tiongkok dapat tertular virus corona

Fakta: Para peneliti masih mempelajari bagaimana virus corona dapat menginfeksi manusia. Namun, para ilmuwan menduga bahwa sebagian besar virus tidak dapat tahan lama berada di permukaan apalagi di suhu yang panas.
Jadi, kemungkinan Anda tertular virus corona melalui barang atau surat dari Tiongkok yang melewati perjalanan berhari-hari, bahkan berminggu-minggu sangatlah rendah.

5. Mitos: Virus corona dapat menular dari gigitan nyamuk

Fakta: Hingga saat ini, belum ada bukti ilmiah yang dapat menunjukkan bahwa virus corona dapat ditularkan oleh gigitan nyamuk. COVID-19 adalah virus pernapasan yang dapat menyebar melalui tetesan air liur atau cairan dari hidung yang dikeluarkan saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin, dan tidak dapat menular dari gigitan nyamuk.

6. Mitos: Pemindai termal efektif dalam mendeteksi orang yang terinfeksi virus corona

Fakta: Pemindai termal efektif dalam mendeteksi orang-orang yang menderita demam, yakni memiliki suhu tubuh di atas normal, akibat terinfeksi dengan virus corona baru.
Akan tetapi, mereka tidak dapat mendeteksi orang yang terinfeksi, tetapi belum sakit demam. Pasalnya, ini dibutuhkan antara 2 dan 10 hari sebelum orang yang terinfeksi menjadi sakit dan mengalami demam.

7. Mitos: Makan bawang putih dapat mencegah infeksi COVID-19

Fakta: Bawang putih memang merupakan salah satu jenis bumbu dapur yang mengandung zat antimikroba di dalamnya. Namun, belum ada penelitian ilmiah yang dapat membuktikan bahwa bawang putih dapat mencegah infeksi COVID-19. Oleh karena itu, kabar tentang konsumsi bawang putih bisa melindungi tubuh dari coronavirus belum dapat terbukti benar.

8. Mitos: Antibiotik efektif dalam mencegah dan mengobati virus corona

Fakta: Antibiotik hanya dapat melawan bakteri, bukan virus. Sementara, COVID-19 merupakan salah satu jenis virus yang ada di dunia. Maka dari itu, antibiotik tidak dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati virus corona.
Meski demikian, jika ada pasien yang dirawat di rumah sakit akibat terinfeksi COVID-19 mungkin akan menerima antibiotik sebagai salah satu pengobatannya. Pasalnya, koinfeksi bakteri mungkin saja terjadi.

9. Mitos: Pakai masker dapat melindungi diri dari penularan virus corona secara efektif

Fakta: World Health Organization merekomendasikan orang-orang tanpa gejala gangguan pernapasan, seperti batuk dan bersin, tidak perlu menggunakan masker.
Sebaiknya, masker diutamakan bagi para pasien COVID-19 dan keluarga yang mengurus pasien, serta para tenaga medis yang merawat pasien.
Masker merupakan alat pelindung diri yang sangat penting bagi mereka. Pada orang yang dalam kondisi sehat, penggunaan masker perlu dibatasi agar persediaan masker di fasilitas kesehatan dan bagi orang-orang yang benar-benar membutuhkan, tidak menipis.

10. Mitos: Mesin pengering tangan dapat melawan virus corona

FaktaMesin pengering tangan tidak dapat melawan virus corona baru. Anda harus sering membersihkan tangan dengan alkohol atau mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
Setelah tangan dibersihkan, Anda harus mengeringkannya menggunakan tisu atau pengering udara hangat.

11. Mitos: Mandi air panas dapat mencegah penularan virus corona

Fakta: Mandi air panas tidak dapat mencegah Anda dari paparan virus corona COVID-19. Pasalnya, suhu tubuh normal manusia tetap berada di rentang 36,5 - 37 derajat Celsius, terlepas Anda mandi air panas atau tidak.

12. Mitos: Virus corona akan hilang pada musim panas

Fakta: Beberapa pandemi sebelumnya tidak mengikuti pola cuaca, ditambah saat sejumlah negara memasuki musim panas, ada beberapa negara di belahan benua lain yang mengalami musim dingin. Jadi, sebenarnya virus corona dapat menyebar secara global tanpa peduli musim. 

13. Mitos: Menyemprotkan alkohol atau klorin ke seluruh tubuh dapat membunuh virus corona

Fakta: Alkohol atau klorin tidak akan membunuh virus yang telah masuk ke dalam tubuh Anda. Sebaliknya, menyemprotkan zat-zat tersebut dapat berisiko membahayakan selaput lendir, seperti mata dan mulut.
Perlu diketahui bahwa penggunaan alkohol atau klorin bertujuan untuk mendisinfeksi permukaan. Selain itu, penggunaan kedua zat tersebut harus di bawah rekomendasi yang tepat.

14. Mitos: Vaksin pneumonia bisa melindungi diri dari penyebaran virus corona

Fakta: Vaksin pneumonia, seperti vaksin pneumokokus dan vaksin Haemophilus influenza tipe B (Hib) tidak dapat melindungi diri dari penyebaran virus corona baru. Jenis virus ini masih sangat baru dan berbeda sehingga dibutuhkan vaksin tersendiri untuk mengobatinya.
Hingga saat ini, para peneliti sedang mencoba mengembangkan vaksin corona. Walaupun vaksin pneumonia tidak efektif melawan COVID-19, vaksinasi terhadap jenis penyakit pernapasan sangat dianjurkan guna melindungi kesehatan Anda.

15. Mitos: Ada obat khusus yang bisa mencegah atau mengobati virus corona

Fakta: Sampai saat ini, belum ada obat khusus yang disarankan untuk mencegah atau mengobati virus corona baru. Bagi mereka yang terinfeksi COVID-19 harus menerima perawatan intensif yang tepat di rumah sakit guna meredakan dan mengobati gejala penyakit.

16. Mitos: Konsumsi minuman herbal yang terbuat dari temulawak, kunyit, dan lain sebagainya dapat mencegah penularan COVID-19

Fakta: Memang benar bahwa temulawak dan kunyit memiliki kandungan antivirus yang dapat membantu menangkal atau melawan virus yang menyerang tubuh. Kendati demikian, bukan berarti semua jenis virus, termasuk virus corona, dapat hilang dengan mengonsumsi temulawak dan kunyit.
Maka dari itu, masih diperlukan penelitian lebih lanjut guna mencegah penularan COVID-10 melalui konsumsi temulawak dan kunyit. Pasalnya, hingga saat ini belum ada vaksin khusus untuk mengobati kasus COVID-19.

17. Mitos: Berkumur air hangat dengan garam dan cuka dapat menangkal virus corona

Fakta: Berkumur air hangat dengan campuran garam ataupun cuka memang sudah lama digunakan sebagai cara menghilangkan gejala penyakit yang berkaitan dengan flu dan sakit tenggorokan. Akan tetapi, belum ada hasil penelitian yang menyebutkan bahwa cara tersebut dapat membantu menangkal virus corona COVID-19.

18. Mitos: Jika bisa menahan napas selama 10 detik tanpa menimbulkan rasa tidak nyaman, maka tandanya Anda tidak terinfeksi COVID-19.

Fakta: Sebagian besar pasien berusia muda dengan virus corona bisa menahan napas lebih dari 10 detik. Selain itu, banyak pula orang lanjut usia yang tidak tertular virus corona, tetapi bisa menahan napas selama rentang waktu tersebut. Jadi, mitos tersebut tidaklah benar. 
https://sehatqcontent.s3.amazonaws.com/content/article/Main/Banner%20coronainsert%20cms%203.jpg

Cara mencegah penularan virus corona

COVID-19 adalah penyakit baru sehingga pencegahan dan pengobatan penularannya pun masih terus dikembangkan. Untuk sementara waktu, Anda dapat melindungi diri dari infeksi virus corona dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
  • Sering cuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung alkohol.
  • Saat bersin atau batuk, JANGAN tutup mulut dengan telapak tangan, TETAPI menggunakan tisu atau siku bagian dalam.
  • Jangan menyentuh mulut, mata, atau hidung, sebelum mencuci tangan sampai bersih.
  • Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit.
  • Jangan berbagi benda apa pun bersama dengan orang lain yang sedang sakit. Ini termasuk gelas, peralatan makan, selimut, atau handuk.
  • Jangan bepergian apabila sedang sakit, termasuk ke sekolah, kantor, ataupun tempat umum lainnya.
SUMBER :https://www.sehatq.com/artikel/mengungkap-mitos-virus-corona-lewat-fakta-sebenarnya

SEBERAPA BESAR KEMUNGKINAN ANAK-ANAK TERKENA COVID 19?

Virus Corona: Seberapa Besar Kemungkinan Anak-anak Terkena Covid-19?

Minggu, 29 Maret 2020 | 09:59 WIB
partner
Anak-anak dan bayi juga rentan terpapar virus corona, meski dampak yang ditimbulkan tak seserius mereka yang berusia lanjut.-GETTY
Foto :
  • bbc
Anak-anak dan bayi juga rentan terpapar virus corona, meski dampak yang ditimbulkan tak seserius mereka yang berusia lanjut.-GETTY
Salah satu pesan yang sering disampaikan di tengah wabah virus corona adalah: semakin lanjut usia, semakin besar risiko terinfeksi, kata Rachel Schraer, kata wartawan kesehatan BBC.
Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan anak-anak muda agar tidak merasa menjadi “orang yang tidak akan terkena oleh virus corona atau kalaupun terkena akan baik-baik saja”.
Dr Rosena Allin-Khan, anggota parlemen Inggris yang juga seorang dokter di unit gawat darurat, berkata kepada BBC bahwa penyakit ini – tidak terbatas pada orang tua dan mereka yang sudah punya penyakit sebelumnya".
Ia menyampaikan pernyataan ini hanya beberapa hari sebelum berita tentang pasien muda yang meninggal dunia karena virus corona di Inggris.
Kematian ini diduga merupakan korban termuda akibat virus corona di Inggris Raya sejauh ini.
Dr Allin-Khan mengatakan ia telah merawat pasien berumur antara 30 hingga 40 tahun yang sebelumnya “bugar dan sehat” dan kini mereka berada di unit perawatan intensif, “berjuang untuk bertahan hidup”.
Apa risikonya pada berbagai usia?
Sejauh ini secara keseluruhan, orang yang lebih tua memang memiliki risiko lebih besar.
Perkiraan terakhir dari Imperial College London, tingkat kematian hampir 10 kali lipat bagi orang berusia 80 tahun ke atas dan lebih rendah bagi yang berumur di bawah 40.
Dan bagi orang tua, ketika mereka dirawat di rumah sakit, lebih besar kemungkinan mereka membutuhkan unit perawatan intensif.
Kurang dari 5% dari usia di bawah 50 tahun perlu dirawat di rumah sakit karena gejala penyakit ini, tetapi angka ini meningkat hingga 24% bagi yang berusia antara 70-79 tahun.
Serupa dengan itu hanya 5% orang di bawah 40 tahun yang harus dirawat di rumah sakit dan membutuhkan penanganan di ruang intensif, sementara untuk orang berumur 60-an, kemungkinan itu 27%, dan angkanya menjadi 43?gi orang berumur 70-an.
Bagi orang berumur 80 tahun ke atas, kebutuhan untuk menjalani perawatan di rumah sakit meningkat hingga 71% menurut perkiraan kasus-kasus di China dan Italia, dua negara dengan kasus terburuk di dunia saat ini.
Rata-rata usia orang yang harus adalah 63 tahun, menurut audit yang dikerjakan oleh satu lembaga swadaya masyarakat.
Virus tak sama dengan rumus matematika
Angka-angka ini adalah rata-rata, maka di dalamnya tetap ada orang-orang lebih muda yang, sayangnya, menderita parah, dan dalam beberapa kasus harus berakhir dengan kematian.
Di Italia, 0,4% kasus yang menimpa orang usia 40-an, berakhir dengan kematian.
Bandingkan dengan 19,7% pada pasien berusia 80-an.
Sementara itu, di AS, diperkirakan 0,7% kasus yang menimpa orang berusia 40-an berakhir dengan kematian.
Direktur lembaga yang mengkaji alergi dan penyakit menular di AS, Anthony Fauci, mengatakan jumlah keseluruhan kematian "sangat condong ke orang tua dan mereka yang punya penyakit bawaan".
Namun ia menambahkan bahwa virus bukanlah “rumus matematika".
"Ada saja kasus orang muda yang juga mengalami gejala sakit parah," kata Fauci.
WHO mengatakan "sekalipun bukti memperlihatkan orang berumur di atas 60 tahun berada dalam risiko tinggi, ada juga orang muda dan anak-anak juga meninggal dunia".
Ini menjadi “bukti klinis bahwa anak-anak juga bisa terpapar Covid-19 secara, namun secara umum kondisi mereka tidak separah pasien dewasa”.
Namun tetap saja, anak-anak, terutama bayi, rentan untuk terinfeksi.
Penyakit bawaan
Penyakit bawaan juga memainkan peran.
Misalnya, ada sekitar 4,3 juta orang dewasa di Inggris Raya yang mengidap asma, yang membuat mereka menjadi lebih rentan untuk sakit parah jika terinfeksi virus corona, dan ini menimpa orang segala usia.
Tahun 2013, terakhir kali Kantor Statistik Nasional Inggris menyelenggarakan survei gaya hidup, 21% dari orang berusia 25-44 tahun dilaporkan memiliki penyakit jangka panjang.
Beberapa mungkin punya penyakit bawaan yang mereka tidak sadari.
Hentikan penyebaran
Sementara orang muda lebih kecil kemungkinan sakit parah karena virus ini, tetapi mereka dengan mudah bisa menyebarkan virus ke orang lain.
Mereka bisa jadi tidak punya gejala, atau ringan saja dan tak sadar bahwa mereka sudah terinfeksi.
Dan virus corona lebih mudah tersebar ketimbang virus flu. Setiap orang yang terinfeksi seara rata-rata menyebarkannya kepada dua atau tiga orang, menurut perkiraan para ahli.
Lalu dua hingga tiga orang ini kemudian menyebarkannya kepada dua atau tiga orang lagi, dan begitu seterusnya. Ini berarti sejumlah kecil saja yang terinfeksi, dengan cepat bisa berubah menjadi ratusan atau ribuan.
Maka itulah perlunya jaga jarak untuk memutus rantai penyebaran.

SUMBER : https://www.vivanews.com/amp/berita/dunia/42841-virus-corona-seberapa-besar-kemungkinan-anak-anak-terkena-covid-19

APA ITU VIRUS CORONA? DAN SEBERAPA BAHAYAKAH BAGI KESEHATAN KITA?

Virus Corona


Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan.Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkangangguan pada sistem pernapasan, pneumonia akut, sampai kematian.
Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayianak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui.
Virus Corona - Alodokter
Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di Cina dan ke beberapa negara, termasuk Indonesia.
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia), Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome(SARS).

Gejala Virus Corona

Infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyebabkan penderitanya mengalami gejala flu, seperti demam, pilek, batuk, sakit tenggorokan, dan sakit kepala; atau gejala penyakit infeksi pernapasan berat, seperti demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada.
Namun, secara umum ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:
Menurut penelitian, gejala COVID-19 muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah terpapar virus Corona.

Kapan harus ke dokter

Segera ke dokter bila Anda mengalami gejala infeksi virus Corona (COVID-19) seperti yang disebutkan di atas, terutama jika gejala muncul 2 minggu setelah kembali dari daerah yang memiliki kasus COVID-19 atau berinteraksi dengan penderita infeksi virus Corona.
Bila Anda mungkin terpapar virus Corona namun tidak mengalami gejala apa pun, Anda tidak perlu pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri, cukup tinggal di rumah selama 14 hari dan membatasi kontak dengan orang lain.
Alodokter juga memiliki fitur untuk membantu Anda memeriksa risiko tertular virus Corona dengan lebih mudah. Untuk menggunakan fitur tersebut, silakan klik gambar di bawah ini.
Cek Risiko Infeksi Virus Corona

Penyebab Virus Corona

Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh coronavirus, yaitu kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian besar kasus, coronavirus hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu. Akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti pneumonia, Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Namun, kemudian diketahui bahwa virus Corona juga menular dari manusia ke manusia.
Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:
  • Tidak sengaja menghirup percikan ludah dari bersin atau batuk penderita COVID-19
  • Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah menyentuh benda yang terkena cipratan air liur penderita COVID-19
  • Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19, misalnya bersentuhan atau berjabat tangan
Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih berbahaya atau bahkan fatal bila terjadi pada orang lanjut usia, ibu hamil, orang yang sedang sakit, atau orang yang daya tahan tubuhnya lemah.

Diagnosis Virus Corona

Untuk menentukan apakah pasien terinfeksi virus Corona, dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien. Dokter juga akan bertanya apakah pasien bepergian atau tinggal di daerah yang memiliki kasus infeksi virus Corona sebelum gejala muncul.
Guna memastikan diagnosis COVID-19, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan berikut:
  • Uji sampel darah
  • Tes usap tenggorokan untuk meneliti sampel dahak (tes PCR)
  • Rontgen dada untuk mendeteksi infiltrat atau cairan di paru-paru
Pengobatan Virus Corona
Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya dan mencegah penyebaran virus, yaitu:
  • Merujuk penderita COVID-19 untuk menjalani perawatan dan karatina di rumah sakit yang ditunjuk
  • Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi penderita
  • Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi mandiri dan istirahat yang cukup
  • Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk menjaga kadar cairan tubuh

Komplikasi Virus Corona

Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan beberapa komplikasi serius berikut ini:

Pencegahan Virus Corona

Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona atau COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus ini, yaitu:
  • Hindari bepergian ke tempat-tempat umum yang ramai pengunjung (social distancing).
  • Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian.
  • Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung alkohol minimal 60% setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum.
  • Meningkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.
  • Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
  • Hindari kontak dengan hewan, terutama hewan liar. Bila terjadi kontak dengan hewan, cuci tangan setelahnya.
  • Masak daging sampai benar-benar matang sebelum dikonsumsi.
  • Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang tisu ke tempat sampah.
  • Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek.
  • Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan.
Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 atau termasuk kategori ODP (orang dalam pemantauan), ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar virus Corona tidak menular ke orang lain, yaitu:
  • Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
  • Periksakan diri ke dokter hanya bila Anda mengalami gejala gangguan pernapasan yang disertai demam atau memenuhi kriteria PDP (pasien dalam pengawasan).
  • Usahakan untuk tinggal terpisah dari orang lain untuk sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar mandi yang berbeda dengan yang digunakan orang lain.
  • Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda sampai Anda benar-benar sembuh.
  • Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang sedang sakit.
  • Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta perlengkapan tidur dengan orang lain.
  • Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau sedang bersama orang lain.
  • Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu segera buang tisu ke tempat sampah.
Apabila Anda ingin mendapatkan lebih banyak informasi tentang gejala, pencegahan, dan fakta tentang virus Corona, silakan downloadaplikasi Alodokter di Google Play atau App Store. Melalui aplikasi Alodokter, Anda juga bisa chat langsung dengan dokter dan membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit.

SUMBER : https://www.alodokter.com/virus-corona